Tabula Rasa Hanya Sekali
Malam dan desau angin
Yang menghantam telinga
Pernah sesekali goyahkan hati
Hati yang merindukan
Sapa manis yang telah pergi
Namun nurani menghentak akal
Bahwa tak perlu membidik masa lalu
Sebab bagiku itu bagaikan
Merekat kembali dan mengutuhkan
Sobekan kertas dengan nasi
Aku setuju bahwa
Sunyi adalah bunyi yang sembunyi
Sunyi yang mengantar aku pada ragu
Sunyi yang mengantarkan padaku yakin itu
Lalu batin ini berbisik
Tuhan beri pertanda
Kerlingkan satu bintang
Pastikan aku tidak menari
Pada mimpi yang salah
Bagiku, tabula rasa hanya sekali
Noda tak mungkin terhapus bersih
Maka jika telah kian menghitam
Aku memilih kanvas baru
Yang paling samar bercak abunya. -aR-
Komentar
Posting Komentar